Sunday, July 20, 2014

Bisnis Parcel "Keruk" Untung Capai Rp2 Miliar


Hari raya Idul Fitri merupakan bulan yang penuh berkah tidak saja bagi umat Islam, namun juga dirasakan bagi para pedagang dan pebisnis.

Peluang usaha musiman marak terjadi pada bulan ini, keuntungan yang besar tentu menjadi daya pikat tersendiri. Siapa sangka dari bisnis musiman tersebut dapat menghasilkan omzet hingga meraup miliaran rupiah.

Damanik mungkin termasuk orang yang beruntung dalam bisnis musiman ini. Usaha tersebut sudah ditekuninya selama 10 tahun bersama sang istri. Dari usahanya, kini Damanik berhasil memiliki hampir lima toko cabang untuk usaha parcel. Namanya pun digunakan sebagai nama toko usaha parcelnya "Damanik/BR Simarmata", yang berlokasi tepat di stasiun Cikini.

Mantan atlet taekwondo itu kini tinggal menikmati usaha yang selama ini ia jalankan dengan sang istri. Usahanya tersebut dirintisnya dari bawah dengan modal sebesar Rp200 juta. Modal yang dia dapat tersebut datang dari usahanya terdahulu sebagai agen koran. Kini, omzet yang berhasil dia kumpulkan mencapai Rp2 miliar.

"Sampai saat ini sih sudah ada Rp2 miliar, tapi kan pemesanan masih banyak. Menjelang Lebaran masih bisa lebih dari segitu," ungkapnya kepada Okezone.

Kendati demikian, dia mengakui bila pemesanan parcel untuk tahun ini sedikit menurun. Pasalnya, tahun lalu omzet yang didapatnya bisa mencapai Rp5 miliar. Aapa yang diperolehnya sekarang pun merupakan hasil dari ketekunan dan kerja kerasnya.

"Konsep pembeli adalah raja itu salah. Yang raja itu justru yang diberi parcel, jadi kita harus tahu keinginan orang itu apa. Menurut saya yang harus terpuaskan itu orang yang dikasih parcel," ungkapnya.

Saat ditanya mengapa ia tertarik memilih parcel dengan jenis hiasan kaligrafi, hiasan dinding, jam dinding, hingga keramik, karena bisnis ini sangat lah simpel.

"Kalau yang dikasih berupa makanan kemungkinan akan dikasih ke pegawainya atau pekerjanya, tapi kalau dikasih dalam bentuk hiasan itu akan dipajang di rumahnya. Jadi saat dia melihat hiasan tersebut, ia akan mengingat orang yang memberikan parcel tersebut. Sedangkan makanan kan hanya sekali habis saja," imbuhnya.

Harga parcel tersebut bermacam-macam dari harga Rp300 ribu hingga yang paling mahal mencapai Rp17 juta. Selain modal uang, dia mengatakan bahwa modal usahanya tersebut adalah keahlian dan kepercayaan dari para pelanggannya.

Hiasan-hiasan tersebut diambilnya langsung dari pengrajin asal Yogyakarta, Bantul, hingga Malaysia. "Saya tidak mau diatur waktu, apalagi diatur oleh bos saya, saya ingin bebas," tandasnya.

Dia menambahkan, usahanya tersebut dapat membuatnya kreatif. Bahkan, dia bisa memainkan instrumen-instrumen yang ada di pikirannya dalam menghasilkan suatu ide untuk membuat parcel.

Konsep jualannya sudah dipikirkannya sejak beberapa bulan sebelumnya, dan menawarkan konsep tersebut via email kepada pelanggan-pelanggannya. Dirinya pun kerap menerima masukan dari para pelanggannya. Hal inilah yang menjadikan usahanya hingga sekarang tetap bertahan di tengah banyaknya usaha serupa di daerah Cikini.

"Menjaga hubungan baik dengan pelanggan itu baik. Kadang mereka buka puasa dan sahur di sini, kita makan bareng, tertawa bareng, itu malah bikin kita makin dekat," ungkapnya.

Saat disinggung mengenai imbauan pemerintah untuk tidak menerima parcel, ia mengatakan hal tersebut tidak berpengaruh kepada usahanya. Menurutnya itu semua hanya pencitraan dari para petinggi-petinggi saja. "Itu hanya untuk pencitraan saja. Mereka, para pejabat itu ingin terlihat punya kerjaan, makanya bikin larangan-larangan yang aneh," tandasnya.

Seorang pembeli, Bagus, mengatakan bahwa parcel yang dibelinya di Damanik terlihat mewah, sehingga cocok untuk diberikan kepada atasannya. "Biar tidak malu-maluin ngasih ke atasan saya, selain kualitasnya bagus, barangnya juga bisa dijadikan pajangan di rumah," katanya.

Sumber :
http://economy.okezone.com

No comments :

Post a Comment