Saturday, June 8, 2013

Puteri Miranti - New Achiever Director Maret


Alhamdulillah…sujud syukur kepada Allah SWT…terima kasih banyak banyak buat suamiku tersayang, Deddy Irawan, buat orang tua dan mertuaku atas do’a dan supportnya. Terima kasih buat donlen-donlenku tersayang, dari keluarga besar Karina, keluarga besar Yustina, keluarga besar Ria , keluarga besar Esin.


Terima kasih buat uplineku, Sotya Dewati dan mak Ilnayuti Sari, I love you full not half half…

Saya butuh waktu 1,5 tahun menjadi Senior Manager, dan 2,5 tahun jadi Director. Iya siy, saya memang butuh 2,5 tahun untuk mengikis semua sifat pesimis saya, membuka diri, merubah mindset, dan berani mengejar impian. Dulu, saya nyaris tidak pernah punya impian, kalo pun punya hanya diam saja, gak berani ngomong, cuma di dalam hati dan dilupakan…

Apalagi, saya bukanlah seorang anak yang banyak meraih prestasi, layaknya impian ideal banyak orang: anak tunggal, beprestasi tinggi dengan sederet trophy memenuhi ruangan, memiliki kekayaan berlimpah pemberian orang tua…dannn banyak lagi impian indah orang-orangtentang anak tunggal pada umumnya hehehhee…
Tidak..tidak…saya jauh dari impian indah banyak orang.  Saya anak tunggal dengan prestasi biasa saja, tiap kali psikotest selalu hasilnya kurang memuaskan, bahkan pernah ada hasil psikotest saya berbunyi, ” gak akan pernah bisa lulus kuliah”…
Kekayaan? Hahahaha..saya harus mencari beasiswa karena uang saku saya nge-pas. Saat jaman kuliah dulu, saya memakai baju-baju kemeja bapak saya supaya hemat gak perlu beli baju…

Di saat saya menerima uang beasiswa, yang saya pikirkan cuma satu: bisa fotokopi buku-buku bagus cetakan luar negeri untuk menunjang kuliah saya..
Tujuan saya kuliah cuma satu: menyenangkan hati ibu saya yang jungkir balik membayar kuliah saya…

Tujuan kelulusan juga cuma satu: supaya cepat-cepat bisa cari kerja supaya bantu ibu saya memenuhi kebutuhan hidup kami berdua…

Punya impiankah saya saat itu? Iya impian untuk segera bantu ibu saya memenuhi kebutuhan hidup, biarlah saya yang pontang-panting bekerja. Punya gaji cukup gali lubang tutup lubang pun tak mengapa, demi meringankan beban ibu saya ….
Pernah ada teman saya saat kuliah, menawari saya produk Oriflame…dan saya menjawabnya dengan, “wah mahal banget…bahkan untuk beli lipgloss termurah pun, saya tak sanggup…” hehehheee….

Ya gimana mau beli, lha uang saku aja saya hemat banget, saking hematnya, saya bawa bekal dari rumah supaya gak usahjajan..(saat itu mana ada yang tau ya, ternyata 15 tahun kemudian saya menjadi Director Oriflame…hehehhee)
Bulan demi bulan berlalu…

Tahun demi tahun…
Pindah dari kota Bandung ke Jakarta…
Mendapat pekerjaan dari Asisten Dosen hingga Engineer…
Jungkir balik siang malam jadi pegawai di konsultan MIGAS hingga akhirnya memilih resign setelah 8 tahun bekerja dan berbisnis Oriflame…

Berstatus single hingga akhirnya menjadi seorang istri dan ibu, yang udah yakin mau  berbisnis supaya bisa tetap urus rumah tangga, dan jadi partner suami untuk mencapai impian masa depan kami berdua….

Alhamdulillah wa syukurillah, segala perjuangan hidup itu mendewasakan saya dan menjadi bekal saya menapaki level karier di Oriflame mulai dari NOL hingga Director.
Langkah saya di Oriflame memang jauh dari mulus hehehheee….
Pernah dalam 3 bulan capai Manajer 12, kemudian rontok ke 9 dan 6. Stuck di level 6%, dan nyaris menyerah,tapi disaatakan menyerah saya selalu bertanya lagi, “kenapa dia bisa sukses? Kok saya gakbisa?” hehehee….

Saya cuma bisa diam, mau curhat ke upline, tapi kok level saya kayaknya gak berubah juga, akhirnya saya tinggalin Oriflame 2 hari saja (janji ama diri sendiri 2 hari gak Oriflame-an).
Saya baca buku biografi Bob Sadino, Ippho Right, Merry Riana, ya semua intinya sama: pernah jatuh tapi bangun lagi, udah bangun..eh jatuh lagi..ya bangun lagi, begitu terus hingga akhirnya mencapai tujuannya.

Saat saya down, yang muncul di pikiran saya cuma wajah ibu saya dan mertua saya
Disaat saya join Oriflame, mereka mengharapkan saya sukses, apakah saya cukup tega dengan mengatakan “maaf Mama Papa, saya gak bisa lanjutkan Oriflame karna saya menyerah di level 6% gak naik-naik?”

Dan raut wajah mereka menunjukkan kekecewaan. Apakah itu yang saya mau..?
Jadilah saya bangkit lagi, mengulang lagi semua dari awal, membentuk pasukan baru, membuat sistem kerja, dan memutuskan online meski saya harus belajar dari NOL karna saya gaptek hehehe….

Kenapa online disaat orang lain memilih offline? Karena saya punya impian lainnya: mengurus anak tanpa babysitter, seperti dulu ibu saya mengurus saya sejak lahir, seperti dulu mertua saya mengurus suami saya sejak lahir. Apalagi saya harus ikut suami dinas, namun impian kami berdua untuk memiliki bisnis jaga-jaga, yaitu Oriflame, tidak boleh berhenti, maka saya harus ciptakan sistem kerja untuk team saya 

Capek melakukan semuanya? Ya tentu saja semua yang dirintis dari NOL itu butuh investasi waktu, tenaga dan pikiran.

Tapi..impian itu milik kita, bukan milik upline atau downline…
Tiap kali merasa capek, selalu terbayang lagi wajah mertua saya dan ibu saya yang menunggu saya sukses, dan…
Alhamdulillah semangat dan energi ituterkumpul kembali seperti petir menyambar-nyambar ..

Mengalami penolakan? Ya tentu saja! Saya  lupa berapa kali saya ditolak orang…mungkin ratusan…who cares? Heheheee….

Ada yang menolak halus hingga cemoohan…
Ada yang bergabung menjadi downline dan meninggalkan saya dengan makian…
Alhamdulillah mungkin karena saat remaja dulu saya terbiasa hidup sulit, jadi pas ditolak orang tentang Oriflame ini, ya saya biasa-biasa aja dan tetep lempeng jalan terus…hehehee. Kalo dipikir ulang, bila dulu saya memutuskan untuk berhenti, maka saya gak bakal mencapai level Director 

Kebanyakan orang gagal adalah ketika ditengah jalan menuju kesuksesan, mereka memutuskan berhenti. Godaan terbesar saya saat dulu berpikir untuk berhenti, bukanlah karena mengalami penolakan. Tetapi godaan melawan rasa malas dari dalam diri sendiri:
malas untuk bangkit…
malas untuk berjuang…
malas untuk gigih mencapai apa yang saya mau…

Jadi, manakah jalan yang kita pilih? Jalan terus atau berhenti di tengah jalan karena mengutamakan rasa malas?
Mau dipikir hidup hanya untuk hari ini atau hidup untuk masa depan?
Ingin punya keturunan sehat dan shaleh?
Bukankah mereka harus makan dan berpendidikan..?

Ya, semua itu menjadi tugas suami dan saya untuk berjuang demi anak-cucu-cicit kami.
Seperti kata Donald Trump, “bila Anda dilahirkan miskin, itu bukan salah orang tua Anda. Tapi bila Anda mati dalam keadaan miskin, maka itu salah Anda..”

GO PRESIDENT! Love you SBN!

Cheers,

Puteri Miranti Ningrum – SINGAPURA

sumber : simplebiznet.info

Silakan klik SimpleBizNet untuk join.

No comments :

Post a Comment