Sunday, March 30, 2014

Jan Koum dan Brian Acton Pendiri WhatsApp


KANTOR itu tak terlihat seperti kantor pada umumnya. Sama sekali tak terbayang pada sebuah bangunan yang tak ada papan nama perusahaan, tak ada petunjuk yang menandakan bahwa ada aktivitas bisnis di dalamnya, tak ada nama perusahaan di depan pintu, di suatu bangunan di Mountain View, California, Amerika Serikat, adalah sebuah kantor dari aplikasi yang sangat sukses: WhatsApp.

Dan sang kedua bos, Jan serta Brian, berpakaian selaiknya seorang yang baru saja bangun tidur dari kamar tidurnya dan turun untuk mengambil makan di meja makan. Kedua pendiri WhatsApp itu, Brian Acton hanya menggunakan sendal jepit dan Jan Koum malah tak menggunakan alas kaki alias nyeker di dalam kantornya. Bukan, kantor WhatsApp bukanlah kantor yang besar karena aplikasi olah pesan itu sudah memiliki pengguna sebanyak 450 juta. Kantor itu lebih tepat disebut sebagai 'tempat nongkrong' ketimbang kantor sebuah aplikasi yang sangat sukses. 

Pun dengan jumlah karyawan, tak ada ribuan atau ratusan karyawan yang bekerja di sana. Hanya 30 pekerja karyawan tetap dan lima orang pekerja paruh waktu. "Kami bukanlah perusahaan raksasa dengan ribuan pekerja," kata Koum seperti dilansir El Pais, Jumat (31/1/2014). Padahal nyatanya, WhatsApp menjadi salah satu aplikasi paling banyak diunduh di Google Play Store dan Apple App Store.

Luas ruangan itu hanya sekitar 100 meter persegi. Dengan berbagai kubikel berisi komputer yang menumpuk di bagian tengah. Temboknya terdapat banyak coretan dan graviti seperti di jalanan urban. Sang bos tak memiliki ruangan tersendiri. Tempat kerjanya tak ada beda dengan karyawan lainnya, berbagi kubikel di ruangan 100 meter. 

Namun kebanyakan karyawan di kantor itu hanyalah customer service, sementara tim pengembang ada di Rusia. Ya, kedua bos ini  tak ingin neko-neko dan sombong mengenai raihan yang didapat WhatsApp. "Tetap jadi orang yang sederhana, sebagai pebisnis atau sebagai individu," jelas Koum.

Kedua mantan karyawan Yahoo yang sudah bekerja selama 20 tahun ini hanya berpikir untuk mengembangkan produk yang bagus sebagai tujuannya. "Untuk membuat sesuatu yang bisa digunakan oleh jutaan orang adalah hal terbaik yang bisa didapatkan oleh seorang 'teknisi'," kata Koum menyebut dirinya sebagai teknisi. 

Baginya, ia tak membutuhkan popularitas terhadap apa yang ia lakukan. Contohnya pada acara Mobile World Congress 2012 silam, WhatsApp dinobatkan sebagai aplikasi mobile terbaik. Tapi kedua bos WhatsApp tak menghadiri acara dan menerima penghargaannya. Penghargaan itu diambil oleh utusan yang mewakilinya, dan berakhir di garasi mobil. "Saya sedang ada rapat waktu itu," katanya sambil tersenyum.

Koum dan Brian sama sekali menolak iklan untuk berseliweran di program besutannya. Mereka membenci iklan. "Segala yang bersangkutan dengan iklan kami tolak. Kenyamanan itu lebih baik jika tak ada banner yang mendistraksikan seseorang (saat menggunakan aplikasi)," lanjutnya. WhatsApp sendiri saat ini sudah digunakan oleh 400 juta orang di seluruh dunia sejak diluncurkannya pada 2009 silam. 

Sebanyak 32 miliar pesan dan 500 miliar foto terhitung terkirim melalui WhatsApp setiap harinya. Padahal, awalnya kedua orang ini hanya membuat aplikasi yang bisa mengirim pesan broadcast kepada banyak orang. Dan kini dikembangkan hingga bisa mengirim pesan, video, foto, dan suara. Dalam desain yang sangat sederhana. Tak hanya itu, WhatsApp juga tersedia untuk berbagai platform mulai dari BlackBerry, iOS, Android, Asha, dan bahkan Symbian. Itulah alasan WhatsApp banyak digunakan oleh berbagai pengguna ponsel.

Keduanya juga menjelaskan bahwa WhatsApp tak memerlukan alamat, umur, dan tanggal lahir seseorang untuk mendaftar. Dan tentu saja tak menjualnya pada pihak lain seperti yang dilakukan oleh kebanyakan layanan. "Kami tak mendaftarkan umur, jenis kelamin, atau alamat. Kami tak membutuhkan itu," tukas Koum.

Sumber :
http://techno.okezone.com

No comments :

Post a Comment